PATAH HATI


PATAH HATI
Karya: Sigit Firdaus

“Kita udahan aja ya, kayaknya itu lebih baik deh. Aku udah nggak bisa nglanjutin hubungan kita. Mending kita sampe disini aja. Kamu cewek yang baik, pinter, mudah bergaul, aktif, kamu terlalu sempurna buat aku. Kamu nggak pantes pacaran sama aku. Sebelumnya aku minta maaf, ini pilihan terbaik ku. Jangan benci aku ya? Salam,” Degup jantungku begitu kencang membaca pesan singkat itu.
“kenapa? Aku nggak mau menyudahi hubungan ini, Aku sayang banget sama Kamu? Salah Aku apa? Dimana kesalahanku? Kamu jahat!”  Balasku dengan perasaan tercabik-cabik, air mataku terus mengalir dan hati yang remuk. Jujur, Dia adalah cowok pertama yang bisa menyentuh hatiku hingga sedalam ini. Sudah cukup lama aku menunggu balasan, namun tak satupun puluhan pesan dan telepon dariku yang dibalas. Hatiku terus berteriak, kecewa, menangis, cowok baik polos dan tulus yang aku kenal tidak setega ini. Hingga akhirnya au pasrah, dan menyerah.
“oke, kalau itu mau kamu. Fine! Tapi kamu harus selalu ingat, hukum karma tetap berlaku. Hingga pada akhirnya rasa cinta kini berubah menjadi benci, kamu nggak boleh sesali itu.”
Seiring berjalannya waktu, sekarang aku sangat membencinya. Dia yang dulunya malaikat untukku, kini berubah menjadi iblis. “Aku benci Kamu!!” teriakku sendiri di dalam kamar.
“kalo Kamu mau benci Aku, itu memang hak kamu. Aku hanya ingin mencari ketenangan duniaku, suatu saat nanti Kamu bakaln ngerti.”
Sudah tiga bulan Aku dalam kesendirian, selama tiga bulan itulah Aku terpuruk dalam kesepian.
“Lama banget?” desisku pelan dipinggir halte. Disini aku biasanya menunggu ayahku untuk menjemputku pulang les.
“Aku tahu Kamu benci Aku, Aku mengerti. Tapi Kamu nggak tahu apa alasan Aku kan? Suara lelaki yang sering kudengar tiba-tiba datang dari arah belakang.
“Kamu?”
“Aku minta maaf banget ya. Kamu jangan benci Aku lagi. Aku Cuma mau jelasin, Aku ninggalin Kamu bukan karena Aku bosan, ada yang baru, ataupun yang lainnya. Aku hanya ingin memantaskan diriku saja. Kamu baik, pinter, mudah bergaul, aktif. Dan pria yang bersamamu itu pun harus setimpal pula. Sebenarnya bukan itu alasanku. Aku merasa jika aku meneruskan semuanya Aku takut Kau dan Aku akan terjebak dalam larangan-Nya. Kamu percaya? Jika kita memang ditakdirkan, kita pasti akan bersama lagi. Pantaskan dirimu?”
Mendengar penjelasan itu Aku sangat tersentuh dan sekarang mengerti apa maksudnya. Aku diam dan tak dapat berkata apa-apa. Mungkin inilah cara seorang lelaki untuk mengubah dirinya menjadi lebh baik.
TAMAT…

Comments