GADIS MISTERIUS


GADIS MISTERIUS
Cerpen Karangan: Sigit Firdaus

         Aku Rizal. Aku sedang menempuh pendidikan di bangku SMP. Orang bilang Aku termasuk kategori orang yang pendiam dan menyendiri di kelasku tepatnya kelas IX-A. Teman-temanku sering mejauh dariku. Mungkin karena aku memiliki kemampuan yang jarang dimiliki mereka. Hal itu sudah biasa terjadi padaku semenjak aku masih duduk di kelas IX SD. Aku tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi padaku? Apakah factor keturunan ataukah faktor alam, pertanyaan itu pun selalu terbayang-bayang padaku disaat aku menyendiri. Tapi, aku diam saja dan acuh, menakutkan memang tapi lama-kelamaan aku terbiasa. Malam itu sepulang aku mengerjakan tugas di sekolah aku melewati area pemakaman yang berada dibelakang masjid samping sekolah untuk pulang…tapi…aku merasa ada yang aneh, tidak seperti biasanya. Aku melihat seorang wanita yang duduk dibawah pohon yang rindang dan besar. Aku mencoba mendekatinya. Aku melangkah perlahan tapi entah apa yang membuatku terkedip. Sosok wanita itu hilang begitu saja. Spontan, aku bertanya disitu.
“Hei kamu siapa? Ayo keluar!!”
Namun tak ada suara sahutan dari pertanyaanku itu. Aku mungkin berkhayal. Pintaku dalam hati…namun wanita itu seolah mengikuti langkahku. Tapi ketika aku berpaling tidak ada siapa pun di belakangku. Aku bertanya lagi, “Hei ayo keluar jangan main-main disini sudah larut?” Tapi sama saja, tidak ada sahutan untuk itu. Seolah tak peduli aku pun pergi tanpa menghiraukan apa pun lagi. Namun ketika aku berdiri dari kejauhan sosok itu duduk lagi sambil menunudukkan kepalanya. Aku ingin menghampirinya tapi, perasaanku tidak enak. 30 menit berlalu untuk menuju rumahku, ku lihat jam tanganku menunjukkan pukul 20.05 Wib.
Orang tuaku pernah mengatakan jika sudah larut jangan di luar rumah. Tapi entah kenapa aku lupa tentang hal itu, seharusnya aku pulang lebih awal sebelum jam 16.00 Wib. Aku tidak sadar berada di sekolah untuk mengerjakan tugas ketika itu, padahal aku juga bisa mengerjakanya esok hari. Tapi aku nggak suka menunda-nunda pekerjaan. Entah kenapa komplek sekitar rumahku sepi semua. Tidak ada warga atau siapa pun diluar kecuali diriku. Angin berhembus lagi kesekian kalinya. Aku melewati area pemakaman lagi. Saat itu sudah gelap tapi aku bingung kenapa masih ada orang di pemakaman pada saat seperti itu? Aku menyapanya untuk ketiga kali.
“Hei…kamu? Iya kamu? Sedang apa kamu disitu.” Dia pun menoleh, tapi dia menoleh ke arahku dengan tatapan mata yang merah dan raut muka yang datar. Dia hanya terdiam dan membisu. Aku pun melontarkan lagi perkataanku, “Hei, kamu dengar tidak?” Dengan rasa geram dia beranjak dari tempat duduknya dan masuk kedalam sekolah melalui pintu samping. Tapi pertanyaanku bagaimana dia bisa masuk ke sekolah padahal ada penjaga di situ? Apa penjaga sekolah tidak melihatnya. Lontaran dari penjaga sekolah pun keluar.
“kamu? Ada apa kamu malam-malam di sini? Kamu pulang sana!! Kalau kamu masih aja disini dan terjadi apa-apa kami tidak tanggung jawab! Kamu sedang apa sih?”aku terdiam sebentar mendengar itu lalu ku jawab perlahan. “Tadi aku melihat seorang gadis masuk melewati pintu samping pak.”
Penjaga sekolah itu menjawab, “Kamu jangan mengada-ada saya dari tadi menjaga pintu samping sekolah ini dan tidak ada siapa pun yang masuk.”
Jawabku lagi, “Tapi…” terpotong jawabanku karena penjaga itu menyuruhku pulang. Dengan rasa sangat penasaran aku pulang dengan pemikiran teka-teki sipa itu. Keesokan harinya sepulang sekolah aku berusaha mencari gadis misterius itu hingga sampai ke setiap sudut sekolah tapi aku tidak temukan dia. Aku pun teringat pohon rindang dan besar yang tumbuh di area pemakaman belakang masjid sampng sekolahku. Aku bergegas dan pergi menuju pohon tersebut. Benar dugaanku dia duduk di bawah pohon itu. Aku menghampirinya dengan perlahan dan menyentuh bahunya dan bertanya lagi “Kamu ini siapa? Kenapa misterius sekali?” Tapi hal yang sama terjadi dia diam saja.
Ada Pak Eko tetanggaku lewat di situ dan bertanya kepadaku yang sedang diam berdiri memandang wanita misterius itu. “Apa yang kamu lakukan di sini Rizal? Ngapain kamu di sini? Kenapa jam segini belum pulang?” aku bingung mendengar runtutan pertanyaan yang di lontarkan Pak Eko kepadaku itu. “Sendiri? Aku tidak sendiri. Aku bersama seorang gadis di sini. Itu yang sedang duduk itu Pak.” Pak Eko pun terdiam, sedangkan aku yang tetap berdiri melihat gadis itu dengan penuh Tanya siapa dia. Tapi dia selalu diam. Lalu Pak Eko berbicara lagi, “Ahh kamu jangan mengada-ada, jelas-jelas kamu sendirian di sini kok.”
“Tidak Pak…aku bersama gadis itu. Lihat di bawah pohon itu…itu dia sedang duduk di situ,” merasa ada yang aneh Pak Eko pun pergi meninggalkan aku. Gadis pendiam yang duduk itu pun bicara kecil padaku , tetap dengan raut wajah datar ia bicara.
“Untuk apa kamu meyakinkan semua orang jika kamu sedang bersamaku? Sedangkan aku saja sudah tiada…”
Aku terkejut. Dan menjawabnya, “Su…sudah tiada? Apa maksudmu?”
“Iya, sudah tiada. Kamu mengerti kan?”
“Tapi kenapa? Kenapa sudah tiada?”
“Aku sakit…tapi sakit itu bukan mauku. Aku koma selama dua tahun di rumah dan aku adalah siswi kelas XI-1 harusnya sekarang. ..tapi ajal menjemputku sebelum aku bisa bahagia dan naik kelas..”
“Lalu kenapa kamu tidak pergi jauh dari dunia ini? padahal kan kamu sudah tiada?”
“Ada satu hal yang membuatku ragu pergi jauh.”
“Apa?”
“Seseorang yang membuatku sakit.”
“Ya. Sudah ku katakana padamu, aku sakit bukan karena kemauanku. Namun ada seseorang yang melakukan itu.”
“Siapa orang itu?”
“Bukan siapa-siapa. Sebaiknya kamu pergi. Jangan membuang waktumu seperti orang gila di sini. Orang banyak memperhatikanmu karena seolah kamu bicara sendiri.”
“Aku sudah biasa seperti ini.” Ketika aku menengok ke arah lain dan kembali menengoknya ternyata dia sudah tidak ada. Disaat yang bersamaan ada temanku bernama Rafi dia melihatku dan bertanya, “Kamu gila ya? Ngapain kamu ngomong sendiri tadi?”
“Kapan? Ahh…itu bukan urusan kamu.” Jawabku sedikit judes.
Waktu pun menunjukkan pukul 21.00 Wib. Aku bergegas pulang dan sesampai di rumah aku selalu bingung siapa gadis itu sebenarnya. Rahasia gadis misterius itu  membuatku semakin penasaran. Keesokan harinya. Aku melewati area pemakaman bersama temanku dan memperhatikan pohon itu. Dan yaa, benar saja ada gadis yang duduk dibawah pohon itu. Aku berlari mendekati gadis itu dan berkata, Tunggu!” dan teman-temanku merasa ketakutan karena aku langsung berlari dan meninggalkanya. Rafi mengikutiku.
Aku bertanya lagi kepada gadis misterius itu. “Kamu ini siapa sih? Kenapa harus rahasia?”
“Aku…Aku Binti…sudah apakah kamu puas?”
“Kenapa kamu selalu di sini? Pergi jauh sana!”
“Bentar… soalnya ada hal yang ingin aku tahu.”
“Apa?”
“Rafi.”
“Hah?! Rafi kenapa dengan dia?”
Tiba-tiba ada suara daun yang terinjak. Dan ternyata itu adalah Rafi.
“Rafi? Sedang apa kamu di situ?”
“Tidak ada. Aku hanya mendengar kamu menyebut namaku.”
“Rafii.”
Bisikan itu terdengar di telinga Rafi dan Rizal.. Rafi pun menjawab, “Binti? Binti kamu di mana?”
“Di sini? Di bawah pohon seperti yang kamu lihat..”
“Kamu masih ada. Tapi kamu tidak bisa di sentuh?”
“Aku sekarang sudah tiada..kita bereteman baik. Dan hingga kamu menyampaikan itu akau tidak bisa menjawabnya karena sakit itu.”
“Binti?”
“Aku mau pergi jauh. Kamu nggak apa-apa kan?”
“Tapi?”
“Aku nggak bisa disini. Sekarang kita udah beda…jadi aku minta maaf. Sekarang aku harus pergi…makasih udah mau jadi teman aku walaupun aku sering penyakitan dulu dan kejadian itu aku harap kamu lupain.”
“Binti..”
“Aku pergi...baik-baik ya...Zal tolong jaga dia ya,”
“Aku? Sontakku bingung.
“Ya…akhirnya aku bisa pergi jauh denga tersenyum.”
Aku dan Rafi berdiri, saling menatap. Entah apa yang membuatku terdiam seketika. Sosok Binti si gadis misterius yang sering duduk di bawah pohon  rindang dan besar yang tumbuh di area pemakaman itu sudah tidak ada pernah ada lagi dan itu membuat kami merasa kalau dia benar-benar pergi dengan senang tanpa beban. Setelah beberapa bulan ku mencari informasi tentangnya, akhirnya sekarang aku tahu kejadian yang sebenarnya terjadi pada Binti. Sosok gadis misterius yang membuatku penasaran.
TAMAT…


Comments

Post a Comment