KETULUSAN CINTA 2 DUNIA
KETULUSAN CINTA
2 DUNIA
Karya: Sigiter’s Smike’s
Waktu itu Rama baru pulang dari acara pesta
bersama teman-temannya. Saat pulang melewati Jembatan Merah, malam menunjukkan
pukul 23.30 WIB. Tiba-tiba ada sosok wanita cantik yang menyebrang di depan
mobil yang sedang dikendarai oleh Rama. Waktu itu benar-benar sedang dalam
keadaan mengantuk.
Tiinnnn!!! Tiba-tiba seketika mobil Rama
berhenti.
“Astaghfirullah… Gue nabrak orang! Oh My
God” Rama sambil membuka silkbelt dan turun dari mobil. Rama mencari orang yang
ia tabrak.
“Dihh…mana orang yang gue tabrak tadi?”
Rama sambil garuk-garuk kepala dan mencari-cari ke kolong mobil.
“Beuhh, jangan-jangan gue nabrak hantu
lagi? Ewhhh sieun ahhh!” Rama langsung lari masuk ke mobilnya.
Akhirnya Rama melanjutkan perjalanan menuju
ke kos. Sesampainya di Kos Rama langsung tidur di ranjangnya. Tiba-tiba ada
sosok cewek cantik yang memakai baju kasual, celana jeans panjang dan memakai
baju atasan kaos merah. Rama sangat terkejut melihat cewek itu tiba-tiba muncul
di pojok kamarnya.
“Heh! Lho siapa? Kok bisa masuk ke kamar
Gue?” Rama spontan bertanya pada cewek
tersebut.
“Emmh…” Sambil tersenyum malu cewek
misterius itu.
Woii! Jawab! Padahal kan kamar Gue dikunci
dari luar, lo masuk lewat mana?” Jelas Rama.
“Aku masuk lewat dinding…hehe..” Ucap cewek
misterius itu sambil tertawa kecil.
“Jih…lewat dinding? Sakit lo ya?”
“Ihh…serius tau?”
“Ahh…mustahil banget..! kecuali kalau lo
memang hantu” Rama tak percaya.
“Emang Aku hantu…Nih ya kalau nggak
percaya, kamu lihat baik-baik.”
Lalu cewek misterius itu menembus dinding
dan masuk kembali melalui dinding. Rama yang melihatnya secara nyata langsung
merinding ketakutan dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
“Pergi lo dari sini!!! Jangan ganggu Gue!
Lo kunti ya?” tebak Rama.
“Enak aja lo cantik-cantik gini masak
dibilang kunti! Hufttt!!”
“Ya abis lo bisa kayak gitu sih!.”
“Udah deh nggak usah di bahas! Dengerin Gue
dulu.”
“Apaan?”
“Tadi lo ngerasa nabrak orang kan di
Jembatan Merah?”
“I..i..i..ya kok lo tau?” heran Rama.
“Aku yang lo tabrak tadi!”
“What lo? Tapi kok pas Gue cari lo nggak
ada?”
“Iya karena percuma Aku nggak akan bisa di
tabrak. Karena Aku ini udah jadi arwah!” ucap cewek misterius itu dengan
serius.
“Haha..bisa banget lo bercandanya? Nama lo
siapa?” ledek Rama.
“Serius!!! Nih coba aja kamu pegang
tanganku? Namaku Shinta.” Saat Rama ingin meraih tangan Shinta ternyata tidak
bisa.
“Jadi lo ini hantu? Tapi kenapa arwah lo
masih gentayangan?”
“Iya…maka dari itu, Aku butuh bantuan
kamu!”
“Bantuan apa?”
“Bantu cari orang yang udah tabrak lari
aku. Please.”
“Tapi gimana caranya? Gue kan nggak tau
orang yang tabrak lari lo?”
“Tenang…aku masih inget plat mobil cowok
itu.”
“Yang tabrak lari lo cowok? Nggak
bertanggung jawab banget tuh cowok! Barapa plat nomor mobilnya?”
“Plat B 2789 CD. Mobilnya kalau nggak salah
CR-V.”
“Kayak Gue kenal?” pikir Rama.
“Oh ya? Ayo anterin Aku kesana!” ajak Sinta
dengan penasaran.
“Gila lo! Lihat tuh jam berapa sekaran? Jam
01.00 malem! Gue ngantuk, mau tidur. Besok aja ya?” tolak Rama pada Sinta.
“Hemmm… ya udah deh..”
Keesokan harinya…
Jam menunjukkan pukul 06.30 WIB. Rama lupa kalau hari ini dia ada jadwal
kuliah jam 07.30 WIB. Tiba-tiba… Hp nya berbunyi…
“Hahh? Halo? Siapa nih?”
“Ini Gue Gilang. Lo nggak kuliah? Sekarang
kan kita ada jadwal jam setengah delapan?” jelas Gilang dengan antusias.
“What? Ya ampun Gue lupa. Udah dulu ya, Gue
mau mandi.”
Sesegera mungkin Rama mematikan telfonnya
dan lompat dari ranjangnya lari menuju kamar mandi. Selesai mandi Rama langsung
siap-siap untuk kuliah. Tiba-tiba…Sinta muncul..
“Astaghfirullah! Lo udah kayak hantu aja
muncul tiba-tiba.” Kaget Rama.
“Yaelah…Kan emang Aku hantu Rama…hufft. Mau
kemana? Aku ikut yah?”
“Aduuh…Gue udah telat nih..! Tau dari mana
lo nama Gue Rama? Lo disini aja deh nggak usah ikut!”
“Tau dari KTP kamu! Pokonya Aku pengen
ikut!”
“Ya udah deh terserah lo!”
Kemudian, Shinta ikut Rama ke kampus. Dan
saat Rama sampai di kampus…
“Eh Rama lo kemana aja?” kepo Lina.
“Sorry guys Gue tadi telat bangun,
gara-gara tuh cewek!” Rama sambil menunjuk ke arah Shinta.
“Hah? Cewek? Cewek yang mana Ram?”
“Itu…masak lo nggak bisa lihat sih?”
“Mana…yang lagi baca buku itu?”
“Bukan!!! Ini yang di sebelah Gue!!”
Lalu Shinta memberitahu kalau yang dapat
melihatnya cuman Rama aja.
“Rama..! Yang bisa ngelihat Aku cuma kamu.
Dia temen kamu itu, nggak bisa ngelihat aku. Kecuali kalau dia lewat Jembatan
Merah sambil makan bunga melati. Hehe .”
“Idih ada-ada aja lo, segitunya banget
harus makan bunga melati dulu baru bisa lihat lo? Apa hubungannya?”
“Yahh, payah… hubungannya itu gini Rama,
semua orang yang sudah jadi arwah itu, apalagi kayak Aku yang masih
gentayangan, orang bisa ngelihat ada syaratnya, ya syaratnya apapun yang disukai
sama orang itu. Kayak Aku, Aku kan suka bunga melati.”
“Tapi, kok Gue nggak makan bunga melati
bisa ngelihat lo ya? Aneh nggak?”
“Hemmm…Iya juga ya? Maybe yes maybe no, mungkin
kamu punya indra ke 6 kali, makanya bisa lihat Aku?” tebak Shinta.
Dengan sengaja, Gilang mengagetkan Rama.
“Eh Rama lo ngomong sama siapa?” tanya Gilang
sambil menepuk pundak Rama.
“Hah? Emh, itu Gue lagi latihan akting, kan
Gue besok mau syuting…hehe.”
“Alah ada-ada aja lo! Syuting apa emang?”
“Syuting apa ya? Emh , syuting Dilan
1992..haha..” Canda Rama.
“Idih…nggak jelas lo ya! Habis makan apa
sih lo, aneh banget!”
Rama hanya tersenyum kecil sambil nyengir
kuda. Diam tak menjawab pertanyaan Gilang yag serba kepo.
Setelah itu, mereka langsung menghentikan
pembicaraan dan masuk ke kelas. Setelah selesai jam kuliah pukul 12.00WIB, Rama
dan Gilang bergegas untuk makan siang di Warung makan yang terletak sebelah
timur kampus. Rama sangat kaget saat melihat plat nomor mobil Gilang. Ternyata
sama dengan plat nomor mobil orang yang tabrak lari dia waktu itu.
“Plat nomor mobil Gilang kok sama ya, sama
yang dikasih tahu Shinta kemarin?” Gumam Rama.
“Tapi masa iya, dia yang tabrak lari
Shinta? Nggak mungkin ahh, tapi bisa jadi mungkin juga sih? Ya…ya…bisa
jadi…bisa jadi..” Gumam Rama lagi.
Siang harinya Rama memberitahu Shinta bahwa
yang menabrak larinya adalah temannya sendiri.
“Shin…ternyata yang tabrak lari lo itu
temen Gue si Gilang itu…?”
“Oh ya? Cowok seganteng itu ternyata yang
tabrak lari Aku? Teganya..”
“Idiih!! Nggak usah dramatis gitu juga
kali!”
Keesokan harinya…
Rama sangat kaget, ternyata Shinta dapat
menyentuhnya.
“Rama…bangun Ram..!” bisik Shinta
membangunkan Rama.
“Yaelah ini weekend Shin, masa harus bangun
pagi sih?”
“Aku pengen jalan-jalan, anter Aku yuk?”
ajak Shinta dengan menarik tangan Rama.
“Emang lo bisa kena matahari?”
“Kamu kira Aku vampire nggak bisa kena
matahari, kamu nggak lihat nih Aku bisa megang tangan kamu? Nggak nimbus lagi?”
“Oh iya, Gue lupa, berarti lo bisa dilihat
orang dong…?”
“Iya untuk sekarang bisa, waktu Aku masih
lumayan panjang kok.”
“Tapi? Lo kan udah meninggal?”
“Yes I know. Nggak usah dibahas juga kali
Ram!”
“Idiih, hebat hantu bisa Bahasa Inggris.
Terus?” puji Rama sambil tepuk tangan.
“Terus-terus udah kayak tukang parkir aja
ihh. Anter Aku beli baju. Bosen kan pake baju ini terus!!” ucap Shinta sambil
mencubit perut Rama.
“Aww…!! Sakit tau Shin!”
“Mau nggak anter Aku?”
“Iya mau, bawel lo ya!”
Shinta hanya tersenyum kecil. Akhirnya Rama
mau mengantar Shinta ke Mall untuk berbelanja baju.
“Rama, lihat baju yang itu? Bagus ya?” ucap
Shinta sambil menarik tangan Rama mendekati baju yang dilihatnya.
“Yaa ampun Shin, sabar dong!”
“Ihh cepetan, ntar keburu diambil orang!”
khawatir Shinta.
Saat Shinta ingin mengambil baju yang ia
lihat ternyata berebut sama seorang cewek berambut panjang, yang ternyata dia
adalah mantan pacarnya Rama.
“Eh…baju ini Gue duluan yang ngambil!”
teriak mantan pacar Rama.
“Gue!” balas Shinta sambil tarik-tarikan
baju.
“Tapi Gue yang mmegang duluan!”
“Gue yang lihat duluan tadi. Jadi ini milik
Gue!”
Seketika Rama langsung menghentikan
pertengkaran mereka.
“Aduuh!! Jangan berantem dong. Pusing Gue
ngedengernya.” Tegas Rama sambil menengahi mereka yan sedang bertengkar.
“Lho? Rama? Ini beneran kamu? Ya ampun Aku kangen banget sama kamu!!” kaget Lina sambil memegang wajah Rama.
“Yaelah, mimpi apa Gue ketemu sama nih
cewek!! Huh!”
“Siapa dia Rama?” Tanya Shinta dengan
penasaran.
“Dia? Nggak tahu siapa ya?”
“Masa kamu ngak inget Aku sih Ram?”
“Oh iya ingat Gue.”
“Siapa coba?”
“Cewek yang pernah mutusin Gue karena milih
cowok tajir kan? Tepatnya sih cewek matre! Mana cowok lo yang lo
bangga-banggain itu?” Tanya Rama kesal pada Lina.
“Oh jadi cewek ini mantan pacar lo Ram?”
“Iya Shin, begitulah.”
“Cowok Gue ya? Emh…dia udah ninggalin Gue
karena cewek yang lebih cantik dan yang lebih modis dari Gue.”
“Haha…rasain lo. Makan tuh cowok ! udah ya,
Gue mau pergi duu sama cewek Gue! Bye!“
“Ta…ta…pi Ram?” Ucap Lina dengan wajah
cemberut.
“Terus bajunya Ram?”
“Udah ntar kita beli yang lebih bagus di
tempat lain, kasih aja tuh cewek yang lebih membutuhkan untuk memikat cowok
tajir, hahaha.” Jelas Rama sambil melempar bajunya ke arah Lina.
“Tapi Rama? Kamu nggak boleh gitu.”
“Udahlah, kamu jangan belain dia!”
“Maafin Rama ya. Jangan dimasukin ke hati.”
Bergegas Rama dan Shinta meninggalkan Lina.
“Tunggu Rama!!”
“Ada apa Shin?”
“Seharusnya tadi kamu ngak sekasar itu sama
dia, bagaimanapun juga dia kan pernah menjadi bagian dari hidup kamu?”
“Yaudahlah ya, ngapain dibahas lagi.”
“Satu lagi Rama?”
“Apaan?”
“Aku laper Ram?”
“Gue baru tahu, hantu bisa laper juga?”
ledek Rama pada Shinta.
“Kamu nggak tahu sesuatu ya?”
“Sesuatu apa? Dan tentang apa?” penasaran
Rama.
“Tentang kamu…hahaha.” Shinta nglawak.
“Yee ya udah kalau nggak serius, pulang aja
deh!” kesel Rama.
“Ih…!! Ya udah iya, tapi mgomongnya abis
kita makan?”
“Ya udah deh, besok aja Gue anter lo ke
mall lagi buat beli baju. Sekarang kita ke restoran di samping mall .” ajak
Rama pada shinta.
“Iya tenang aja. Gimana kamu bisanya aja.”
Kemudian mereka berjalan menuju restoran
yang di samping mall. Dan mereka masuk ke restoran tersebut, lalu memesan
makanan.
“Shin? Coba lanjutin omongan lo yang tadi?
Maksudnya sesuatu apa?”
“Tapi kamu jangan ketawa atau kaget ya, mungkin
ini emang aneh deh dan nggak masuk di akal, tapi inilah kenyataanya.”
“Iya cantik… eh keceplosan!!” sesegera Rama
sambil menutup mulut dengan tangannya.
“Sebenarnya awal ceritanya gini Ram…?”
“Gimana? Panjang nggak? Kalau panjang
mending ngomongnya di kost aja. Takut ada yang denger.”
“Lumayan sih, lebih panjang dari gerbong
kereta, hahahah.”
“Ya udah kalau gitu. Kebetulan makanan Gue
juga mau abis nih. Kita langsung otw ke kost lo aja.”
Sesampainya di kost, Shinta menceritakan
apa yang telah terjadi pada dirinya sambil meneteskan air mata.
“Jadi sebenarnya gini Ram, Aku bisa
ketabrak sama temen kamu si Gilang itu, karena Aku lagi sedih, cowok Aku yang
waktu itu mutusin Aku karena cewek lain, makanya waktu itu Aku kabur ke
Jembatan Merah dan saat itu Aku mau nyebrang, karena nggak lihat ada mobil,
akhirnya Aku ketabrak dan meninggal di tempat.” Jelas Shinta sambil berlinang
air mata.
“Waduh, kok cerita hidup kita bisa sama ya?
Terus sekarang cowok lo itu kemana? Tega banget! Ya udah nggak usah nangis.
Masih banyak kok cowok lain yang sayang sama lo termasuk Gue.” Ucap Rama sambil
menghapus air mata Shinta dan memeluknya.
“Tadi kamu ngomong apa Ram? Coba diulang
sekali lagi, siapa yang sayang sama Aku?”
“Emh, ya siapa aja deh pokonya. Udah nggak
penting kok. Nah, sekarang kan yang nabrak lo udah ketemu, kenapa sampe
sekarang kok lo masih ada disini?”
“Ada satu hal lagi Rama yang belum bisa
membuatku tenang .”
“Apa?” Rama bingung.
“Jadi Aku suka sama seorang cowok, kalau
dia nggak suka sama Aku ya dengan terpaksa Aku harus kembali ke alamku. Tapi
kalau misalkan cowok itu juga sama Aku , Aku dikasih waktu selama dua minggu
untuk menikmati menjalin cinta dengan cowok itu, walaupun dia manusia.”
“Ah, ada-ada aja lo, nggak masuk akal
banget emang siapa sih cowok yang lo suka?” Rama penasaran.
“Dia yang selama ini ada di dekat Aku, yang
selalu menemani hari-hariku.”
“Perasaan yang selalu nemenin hari-hari lo
cuma Gue deh?”
Shinta hanya tersenyum….
“Yee… dia malah senyum. Jawab siapa cowok
itu.”
“Kamu tuh pura-pura nggak tahu atau emang
lemot sih?”
“Emh, gini ya, Gue mau jujur tentang
sesuatu sama lo Shin.”
“Apa Ram?”
“Sebenarnya Gue itu dulu susah banget move
on dari cewek matre yang tadi kita ketemu di mall. Tapi setelah Gue ketemu lo,
Gue bisa dengan mudah move on. Jujur aja, Ggue sayang sama lo. Ya, walaupun Gue
tahu dunia kita berbeda, toh Tuhan kan nggak oernah ngelarang kita untuk jatuh
cinta sama siapapun. Ya kan?”
“Iya bener Ram. Aku pun sama seperti kamu
Ram, awalnya Aku kira nggak bisa move on, tapi setelah ketemu kamu, rasa itu
hadir tanpa Aku tahu. Dan ternyata Aku sayang sama kamu.”
“Ya udah, kamu mau nggak jadi pacar Aku?”
“Kamu yakin, mau punya pacar sama hantu?”
“Cantik… apapun kamu dan siapa pun kamu,
Aku nggak peduli yang jelas Aku nggak mau sia-siain cinta yang ada di antara
kita saat ini, walaupun dunia kita berbeda. Toh nantinya juga kita akan bersama
dalam satu dunia yang sama.” Rama sambil tersenyum dan memeluk Shinta.
“Makasih ya, kamu udah mau terima Aku apa
adanya. Akupun sama seperti kamu, siapapun kamu dan apapun kamu, Aku nggak akan
pernah melepaskan kamu, karena Aku yakin nggak akan pernah lagi mendapatkan
cinta seindah ini bersama kamu.” Shinta sambil tersenyum.
2 minggu kemudian…
Rama bersiasat mengajak Shinta ke Jembatan
Merah dengan berjalan kaki, karena dekat dengan kost Rama. Saat itu jam memang
menunjukkan pukul 21.00 WIB. Saat Shinta ingin menyebrang jalan, ada mobil dari
arah belakang yang melaju dengan kecepatan tinggi. Alhasil…*BUGGG!! Terdengar
keras tubuh Rama yang terhantam oleh mobil tersebut, karena Rama berusaha
menyelamatkan Shinta. Rama lupa kalau Shinta adalah hantu. Akhirnya saat itu
juga Rama meninggal di tempat. Pada saat arwah Rama keluar dari jasadnya Rama
mengatakan sesuatu dan mengajak Shinta untuk kembali ke alam mereka yang saat
ini sudah sama.
“Rama? Kenapa kamu lakukan ini? kamu lupa
kalau Aku ini hantu? Aku nggak akan pernah mati dua kali.!’
“Aku lupa, karena Aku nganggap kamu satu
dunia sama Aku yang harus Aku jaga.”
“Tapi kamu nggak perlu nglakuin hal
sekonyol ini Rama.”
“Mungkin ini memang konyol, tapi Aku rela
mati demi kamu. Aku pernah bilang kan sama kamu. Suatu saat nanti kita akan
bersama dalam satu dunia yang sama. Sekarang kan dunia kita udah sama. Ayo kita
pergi, kembali dan merajut cinta yang bahagia di dunia kita.” Rama sambil
merangkul Shinta dan menghilang. Ternyata Rama ngelakuin ini karena dia benar-benar
ingin bersama Shinta. Memang kelihatannya konyol tapi lihat hikmahnya dan
pengorbanannya.
karena pada hakikatnya cinta itu tulus yang
datang dari suara hati yang jujur, bukan dari paksaan hawa nafsu ataupun materi
yang hanya bisa menyenangkan sementara bukan selamanya….
TAMAT….
Comments
Post a Comment